“B-baiklah... Jika itu yang
kau minta, akan kuturuti semuanya” Sambungku, dengan mata sembab dan nada yang
mantap tanpa mempedulikan rasa sakit dihatiku.
.
.
.
.
.
Aku hanya menangis
dan menangis sejadi-jadinya di depan sahabat-sahabatku, terasa sesak didada.
Perih? Tentu saja!
“Gomen-ne
Rikona-chan, seharusnya kemarin aku meminta izin kepada Gyozuka terlebih dahulu”
Ucap Shigetsu dengan nada menyesal
“Tak apa, jangan
salahkan dirimu sendiri. Toh aku yang salah kenapa aku jatuh hati pada manusia
macam dia!”
“Rikona... Gomen-ne.. Seharusnya kemarin aku juga ada bersamamu, dan Gomen-ne untuk ajakan Taka padaku untuk pergi bersama. Seharusnya..—“
“Sudah tak apa..
Itu bukan salah kalian.. Aku tak tau siapa yang salah dan siapa yang disalahkan
atas masalahku ini”
“Akhh.....!!” Ucapku
sambil memegangi kepalaku sebelah kanan
“Kau kenapa?!” Tanya
kedua sahabatku itu serempak dengan nada khawatir.
“Sa..sakit...
Pusing...”Jawabku
“Oh Kamii-sama! Wa-wajahmu
sangat pucat.. dan hidungmu.. Kau mimisan” Ucap Hanabi.
“Hanabi-chan, ayo
bawa dia ke rumah sakit, aku mulai mengkhawatirkan kondisinya” Ajak Shigetsu
“I-iya ayo cepat”
Ucap Hanabi dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Secepatnya mereka membantuku
berjalan menuju mobil, namun baru beberapa langkah kami berjalan, tiba-tiba
pandanganku mulai kabur, kemudian bruk... Sunyi.
Aku tersadar.
Rasanya sudah lama sekali aku tertidur. Aku tak tau tempat apa ini, dimana aku,
namun yang kutau ini adalah ruang asing bagiku, namun aku mengenal bau semacam
ini. Dan seseorang mengagetkanku “Hei sudah sadar? Tanya seorang gadis dengan
mata aqua marine. “Bagaimana perasaanmu?” lanjutnya.
“Em ya sudah lebih
baik. Di-di mana aku??” Jawabku dilanjutkan dengan menanyakan keberadaanku.
“Kau ada dirumah
sakit sekarang, kau tadi tiba-tiba pingsan saat kami memapahmu menuju mobil”
jelasnya
“Oh... Begitu.. Emm
Arigato Hanabi.. Dimana Shigetsu-kun? Tanyaku
“Hmmm.. Tadi dia
bilang sedang menemui dokter yang memeriksamu, nanti akan ku tanyakan hasilnya”
Jelasnya
“Hmmm.... Un sau
yo!”
“Hanabi... Apa
Gyozuka-kun datang?” tanyaku hati-hati
“Eitsss..... Sudah jangan tanyakan cowo
br**gs*k itu!” Ucapnya
***
---------Special
Pov On----------
---Hanabi Pov---
Tok tok tok. “Siapa? Masuk saja” ucapku
“Ehh...
Shigetsu-kun, bagaimana keadaanya?”Lanjutku menanyakan keadaan kekasihku
“Hanabi.. aku ingin
berbicara empat mata denganmu. Ayo ikut aku” aku memicingkan mataku mendengar
ajakannya dengan memasang muka jail.
“Heyy... kenapa
tiba-tiba kau seperti ini. Kenapa tidak berbicara disini” Tanyaku heran
“Ahh tidak mau, aku
mau hanya kita berdua. Aku malu bila ada orang lain. Ayolah...” Rengeknya
dengan memasang tampang layaknya anak kecil yang meminta mainan namun tatapan
matanya seperti mengisyaratkan sesuatu.
“Em .. iya... iya
sayangku...” Jawabku dengan nada manja diselingi anggukkan. “Rikona kami keluar
sebentar ya, jaga dirimu baik-baik”
“Iya iya... Aku
paham kok yang mau berduaan! Awas jangan melakukan hal yang aneh-aneh loh!”
Jawabnya dengan mengerucutkan bibir serta nada bicara yang terkesan nakal.
Kami berjalan
menyusuri lorong rumah sakit yang sepi sembari bergandengan tangan. Suasana
hening nan mencekam makin terasa saat kami sampai duduk disuatu bangku di taman
dengan kehadiran angin semilir yang
berhembus. Shigetsu, seseorang yang kukira akan mengajakku kencan atau
semacamnya, malah terus saja diam tanpa sepatah katapun. Entah hanya perasaanku
atau apapun itu, aku merasakan seperti sedang menompang beban batin yang sangat
berat.
“Emm...
Shigetsu-kun... Apa.. apa ada yang akan kau katakan? Sampai kau mengajakku
kemari?”
“.......”
“Kenapa diam saja?
Jika ada yang mengganjal di hatimu katakan saja, jangan ragu”
“Gomen-ne... Se..
sebenarnya.. Ada yang ingin ku katakan tentang Rikona! Tentang keadaannya saat
ini”
“Rikona?!
Sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Rikona kenapa?”
“Se-se..benarnya...
Tadi dokter mengatakan usia Rikona tidak lama lagi, usianya kurang dari 1
tahun. Dia mengidap tumor ganas di otak belakangnya. Cara satu-satunya untuk
membantunya adalah dengan operasi, namun itu hanya membantu 30%, lalu tingkat
keberhasilannya juga sangat kecil dan yang paling parah kemungkinan 90% INGATAN
atau memori yang ada diotaknya pun akan HILANG.”
Tes tes tes....
Hiks... Hiks... Air mata mulai mengalir dari aqua marine eyes ku. “Tidak...!!
tidak mungkin..!! ini tidak mungkin!!” teriakku. Yang kemudian secepat kilat
Genseki memelukku erat, mencoba menenangkanku yang terus menangis histeris.
“Sudah...
sudahlah.. Mungkin ini takdir terbaik untuknya yang diberikan oleh Tuhan” Ucap
Shigetsu menenangkankku yang sedari tadi menangis di pelukkannya
“Terbaik apanya?
Ini sangatlah buruk Shigetsu-senpai? Kenapa? Kenapa Tuhan begitu tak adil
padanya? Kenapa...???” Tanyaku sesenggukan sambil mencengkram baju seragamnya
“Pertama... Tuhan
memanggil Kaa-san dan Nii-san dari kehidupannya, kemudian hubungan percintaanya
dengan Gyozuka-kun bak kabel listrik, lalu sekarang dia berikan sebuah penyakit
pada hidupnya. Keadilan macam apa ini Shigetsu-ku??!! Hiks...” Lanjutku
“Tidak Hanabi...
Tuhan itu selalu adil, mungkin kita saja yang tak mampu melihat keadilannya
itu... Dia tau apa yang terbaik bagi makhluk-Nya...” Ucapnya serak
“Yang sekarang kita
pikirkan, bagaimana cara kita memberi tau Rikona tentang keadaannya. Aku tak
ingin membuatnya sedih, namun kita juga tak bisa terus berbohong dan
menyembunyikan fakta darinya. Karna cepat atau lambat dia aka tau semunya.”
DEG! Hiksss.... ‘Benar katanya, bagamanapun kami tak bisa terus berbohong pada
Rikona... Oh kami-sama..’
“Sebaiknya kita
membicarakan besok lusa sepulang sekolah” tiba-tiba kalimat itu muncul begitu
saja dalam otakku.
“Ta..tapii..
Bukankah itu terlalu cepat untuknya?”
“Tidak, lebih cepat
lebih baik untuknya”
Diam dan hening. Mungkin
dua kata itu yang dapat menggambarkan keadaan kami saat ini. Kami sama-sama
terdiam, tenggelam dalam pikiran dan angan-angan masing-masing. ‘Baka! Diriku memang
bodoh! Menjaga sahabat kecilkupun aku tak bisa! Ba-san... Oji-san.. Gomen! Gomen!
Aku tak dapat menjaga Rikona dengan baik! Gomen...’ Kurutuki diriku sendiri
terus-menerus. Dan hanya kata-kata itu yang terngiang dalam pikiranku saat ini.
---Hanabi Pov End---
---Shigetsu Pov On---
Kami kembali ke
ruang dimana Rikona dirawat, dengan bergandengan tangan dan mata Hanabi yang
sedikit bengkak akibat menangis. Deg Deg Deg, jantung ku berdebar kencang.
Ketakutan mulai menyelubungiku. Tubuhku
mulai bergetar dan terasa dingin. Ku eratkat genggamanku pada kekasihku, begitu
pula sebaliknya.
“Ehh... kalian
berdua? Bagimana? Sudah puas?” Tanya seorang gadis berambut hitam yang sedang
duduk diranjang rawat dan membuat jantungku semakin berdebar kencang.
“Hei... ada apa
denganmu Hanabi? Kenapa matamu bengkak seperti itu?” Tambahnya dan membuat kami
saling bertatapan cepas lewat ujung mata.
“Kok diemm...
Kenapa denganmu Hanabi? Pasti ini semua karnamu kan Shigetsu-kun? Kau apakan
dia?” tanyanya lagi, namun kali ini dengan tatapan nakal alanya.
“Tadi... tadi..” Jawabku bingung
“Tadi ada katak...
Lalu Shigetsu-kun sengaja menggiringnya kearahku, spontan saja aku berteriak
dan menangis. Kau kan tau, aku paling jiji dan phobia dengan katak” Huuhhh...
untung saja ai cepat mencari alasan yang logis, ya walaupun dia melimpahkan
kesalahan seakan-akan ada padaku sepenuhnya.
“Huahahaha..... Kau
ini Hanabi.. Ihhh Shgetsu-kunn.... Kau ini... Kenapa kau melakukannya?”
Syukurlah Rikona percaya dengan alasan Hanabi.
“Hmm... bagaimana
yaa... Sebenarnya aku berniat untuk membuatnya datang memelukku ataupun meminta
aku menggendongnya. Namun aku salah, aku malah membuat sepatu ketsnya yang
sukses mendarat di mukaku”
“Hemm... hemm...
Wuahahaha...... Makanya jangan pernah menjailinya. Masih beruntung hanya sepatu
sneakers yag menghampirimu, bukan sebuah pukulan atau tendangan mematikan darinya.....
Wahahaha” sejenak aku senang melihatnya tertawa terpingkal-pingkal seperti itu.
Namun, deg! Tiba-tiba aku teringat pada penderitaanya, pada penyakit mematikan
yang ia idap.
Ku ingin. Ku ingin kami membicarakan padanya tentang penyakitnya itu. Tidak! Aku
tak mau! Aku takut, takut menghancurkan dan menghilangkan sebuah senyuman manis
nan berharga dari sahabat karibku itu dan menggantikannya dengan
butiran-butiran air mata. Ku tak ingin merenggut kebahagiannya disaat-saat
terakhir baginya. Jika itu terjadi, bukan hanya kebahagiannya yang kurampas,
namun kebahagiannya dari seorang yang kucintai pun akan menghilang dari wajah
cantiknya. Namun.... akan sampai kapan aku akan terus diam, jika dia
mengetahuinya sendiri, pasti akan lebih menyakitkan.
Mentari mulai
menunjukan sinarnya dari ufuk timur, menandakan awal sebuah lembaran baru
kehidupan bagi setiap insan. Bagiku, mungkin lembaran baru ini akan menjadi
yang terburuk dari yang terburuk sepanjang hidupku. Bagaimana tidak? Hari ini, akan kutepati
janjiku dan Hanabi. Janji ter buruk kami. Janji terkejam kami, padanya. Pada
sahabat kami, Rikona
*Koridor Sekolah*
“Ohayo
Hanabi-chan... Ohayo Shigetsu-kun..” suara nyaring namun lembut yang tak asing
ditelinga itu membuat kami menhentikan langkah kami dan mengengok kebelakang.
DEG! Ternyata dugaanku benar. Pemilik suara
itu tak lain dan tak bukan adalah Rikona Hime. Sejenak kami saling bertatap
mata. Mengisyaratkan sesuatu hal yang menyedihkan akan terjadi. “Ohayo...
Rikona-chan” jawab kami kompak.
“Rikona... kenapa
kamu sudah brangkat sekolah, kondisimu masih belum pulih benar” Lanjut Hanabi
membuka pembicaraan.
“Aku sudah pulih!
Jika aku terus beristirahat di rumah aku akan merasa kesepian, dan akan terus
merasakan sakitnya. Jika aku berada di sini, aku akan bertemu dengan banyak
teman, yang akan membuatku lupa akan keadaanku, dan itu membuatku terasa sehat”
Jelas gadis bermata coklat itu semangat diselingi dengan senyum khasnya.
Terlihat secercak kegelisahan dimata
Hanabi karna ucapan sahabat kami itu. Jujur saja aku pun merasakan hal yang
sama dengannya.
“Hmmm.... iya..
iya.. sudah lah, terserah kau saja. Jika itu yang terbaik untukmu, lakukanlah”
jawab Hanabi.
“Errr- Rikona-chan,
Hanabi-chan... Apakah nanti pada jam istirahat pertama kalian mau ke taman
belakang sekolah untuk menemuiku?” Tanyaku hati-hati
“Pastiinya my lovely... Aku akan datang
menemuimu, emm maksudnya kita... hehehe... bukan begitu Rikona?” Hatiku lega
mendengar jawaban Hanabi yang mengerti apa maksud dan arah pembicaraanku.
“Emm... Err...
Tapi... Tapi.. buku..” Jawab Rikona ragu, dan membutku menjadi tambah khawatir
“Halaaahh... Ngga
ada tapi-tapian, urusan buku biar aku yang tangani” Belum sempat Rikona
menyelesaikan kalimatnnya, Hanabi sudah memotongnya, alhasil Rikona hanya
menggangguk pasrah.
“My lovely... Aku
dan Rikona ke kelas dulu ya... Jya~...” Pamit Hanabi padaku dan diselingi oleh
lambian tangan Rikona yang ditarik oleh Hanabi.
---Shigetsu Pov End---
----------Special
Pov End----------
Author Section :
Hello Readers.... ketemu lagi sama Hikari, Arigatou
Gozaimasu yang udah baca cerpenku ini ;) And Don’t forget to give me review. Because
it very usefull for me.
Daisuki minna.. :D
Daisuki minna.. :D
Salam manis
dingin
*Hikari Noyuki*