Minggu, 12 Februari 2017

CERPEN REMAJA --- I Wish for You (Chapter 3)


“B-baiklah... Jika itu yang kau minta, akan kuturuti semuanya” Sambungku, dengan mata sembab dan nada yang mantap tanpa mempedulikan rasa sakit dihatiku.

.
.
.


Aku hanya menangis dan menangis sejadi-jadinya di depan sahabat-sahabatku, terasa sesak didada. Perih? Tentu saja!
    
“Gomen-ne Rikona-chan, seharusnya kemarin aku meminta izin kepada Gyozuka terlebih dahulu” Ucap Shigetsu dengan nada menyesal
    
“Tak apa, jangan salahkan dirimu sendiri. Toh aku yang salah kenapa aku jatuh hati pada manusia macam dia!”
       
      “Rikona... Gomen-ne.. Seharusnya kemarin aku juga ada bersamamu, dan Gomen-ne untuk ajakan Taka padaku untuk pergi bersama. Seharusnya..—“
   
“Sudah tak apa.. Itu bukan salah kalian.. Aku tak tau siapa yang salah dan siapa yang disalahkan atas masalahku ini”
    
“Akhh.....!!” Ucapku sambil memegangi kepalaku sebelah kanan
    
“Kau kenapa?!” Tanya kedua sahabatku itu serempak dengan nada khawatir.
    
“Sa..sakit... Pusing...”Jawabku
   
“Oh Kamii-sama! Wa-wajahmu sangat pucat.. dan hidungmu.. Kau mimisan” Ucap Hanabi.
    
“Hanabi-chan, ayo bawa dia ke rumah sakit, aku mulai mengkhawatirkan kondisinya” Ajak Shigetsu
    
“I-iya ayo cepat” Ucap Hanabi dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Secepatnya mereka membantuku berjalan menuju mobil, namun baru beberapa langkah kami berjalan, tiba-tiba pandanganku mulai kabur, kemudian bruk... Sunyi.
    
Aku tersadar. Rasanya sudah lama sekali aku tertidur. Aku tak tau tempat apa ini, dimana aku, namun yang kutau ini adalah ruang asing bagiku, namun aku mengenal bau semacam ini. Dan seseorang mengagetkanku “Hei sudah sadar? Tanya seorang gadis dengan mata aqua marine. “Bagaimana perasaanmu?” lanjutnya.
   
“Em ya sudah lebih baik. Di-di mana aku??” Jawabku dilanjutkan dengan menanyakan keberadaanku.
    
“Kau ada dirumah sakit sekarang, kau tadi tiba-tiba pingsan saat kami memapahmu menuju mobil” jelasnya
   
“Oh... Begitu.. Emm Arigato Hanabi.. Dimana Shigetsu-kun? Tanyaku
   
“Hmmm.. Tadi dia bilang sedang menemui dokter yang memeriksamu, nanti akan ku tanyakan hasilnya” Jelasnya
   
“Hmmm.... Un sau yo!”
   
“Hanabi... Apa Gyozuka-kun datang?” tanyaku hati-hati
  
 “Eitsss..... Sudah jangan tanyakan cowo br**gs*k itu!” Ucapnya
***
---------Special Pov On----------

---Hanabi Pov---
Tok tok tok. “Siapa? Masuk saja” ucapku
    
“Ehh... Shigetsu-kun, bagaimana keadaanya?”Lanjutku menanyakan keadaan kekasihku
    
“Hanabi.. aku ingin berbicara empat mata denganmu. Ayo ikut aku” aku memicingkan mataku mendengar ajakannya dengan memasang muka jail.
    
“Heyy... kenapa tiba-tiba kau seperti ini. Kenapa tidak berbicara disini” Tanyaku heran
“Ahh tidak mau, aku mau hanya kita berdua. Aku malu bila ada orang lain. Ayolah...” Rengeknya dengan memasang tampang layaknya anak kecil yang meminta mainan namun tatapan matanya seperti mengisyaratkan sesuatu.

“Em .. iya... iya sayangku...” Jawabku dengan nada manja diselingi anggukkan. “Rikona kami keluar sebentar ya, jaga dirimu baik-baik”
    
“Iya iya... Aku paham kok yang mau berduaan! Awas jangan melakukan hal yang aneh-aneh loh!” Jawabnya dengan mengerucutkan bibir serta nada bicara yang terkesan nakal.
    
Kami berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi sembari bergandengan tangan. Suasana hening nan mencekam makin terasa saat kami sampai duduk disuatu bangku di taman dengan kehadiran  angin semilir yang berhembus. Shigetsu, seseorang yang kukira akan mengajakku kencan atau semacamnya, malah terus saja diam tanpa sepatah katapun. Entah hanya perasaanku atau apapun itu, aku merasakan seperti sedang menompang beban batin yang sangat berat.
    
“Emm... Shigetsu-kun... Apa.. apa ada yang akan kau katakan? Sampai kau mengajakku kemari?”
    
“.......”
    
“Kenapa diam saja? Jika ada yang mengganjal di hatimu katakan saja, jangan ragu”
    
“Gomen-ne... Se.. sebenarnya.. Ada yang ingin ku katakan tentang Rikona! Tentang keadaannya saat ini”
    
“Rikona?! Sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Rikona kenapa?”
    
“Se-se..benarnya... Tadi dokter mengatakan usia Rikona tidak lama lagi, usianya kurang dari 1 tahun. Dia mengidap tumor ganas di otak belakangnya. Cara satu-satunya untuk membantunya adalah dengan operasi, namun itu hanya membantu 30%, lalu tingkat keberhasilannya juga sangat kecil dan yang paling parah kemungkinan 90% INGATAN atau memori yang ada diotaknya pun akan HILANG.”
    
Tes tes tes.... Hiks... Hiks... Air mata mulai mengalir dari aqua marine eyes ku. “Tidak...!! tidak mungkin..!! ini tidak mungkin!!” teriakku. Yang kemudian secepat kilat Genseki memelukku erat, mencoba menenangkanku yang terus menangis histeris.
    
“Sudah... sudahlah.. Mungkin ini takdir terbaik untuknya yang diberikan oleh Tuhan” Ucap Shigetsu menenangkankku yang sedari tadi menangis di pelukkannya
    
“Terbaik apanya? Ini sangatlah buruk Shigetsu-senpai? Kenapa? Kenapa Tuhan begitu tak adil padanya? Kenapa...???” Tanyaku sesenggukan sambil mencengkram baju seragamnya
    
“Pertama... Tuhan memanggil Kaa-san dan Nii-san dari kehidupannya, kemudian hubungan percintaanya dengan Gyozuka-kun bak kabel listrik, lalu sekarang dia berikan sebuah penyakit pada hidupnya. Keadilan macam apa ini Shigetsu-ku??!! Hiks...” Lanjutku
    
“Tidak Hanabi... Tuhan itu selalu adil, mungkin kita saja yang tak mampu melihat keadilannya itu... Dia tau apa yang terbaik bagi makhluk-Nya...” Ucapnya serak
“Yang sekarang kita pikirkan, bagaimana cara kita memberi tau Rikona tentang keadaannya. Aku tak ingin membuatnya sedih, namun kita juga tak bisa terus berbohong dan menyembunyikan fakta darinya. Karna cepat atau lambat dia aka tau semunya.” DEG! Hiksss.... ‘Benar katanya, bagamanapun kami tak bisa terus berbohong pada Rikona... Oh kami-sama..’
    
“Sebaiknya kita membicarakan besok lusa sepulang sekolah” tiba-tiba kalimat itu muncul begitu saja dalam otakku.
    
“Ta..tapii.. Bukankah itu terlalu cepat untuknya?”
    
“Tidak, lebih cepat lebih baik untuknya”

Diam dan hening. Mungkin dua kata itu yang dapat menggambarkan keadaan kami saat ini. Kami sama-sama terdiam, tenggelam dalam pikiran dan angan-angan masing-masing. ‘Baka! Diriku memang bodoh! Menjaga sahabat kecilkupun aku tak bisa! Ba-san... Oji-san.. Gomen! Gomen! Aku tak dapat menjaga Rikona dengan baik! Gomen...’ Kurutuki diriku sendiri terus-menerus. Dan hanya kata-kata itu yang terngiang dalam pikiranku saat ini.
---Hanabi Pov End---
   
 ---Shigetsu Pov On---
Kami kembali ke ruang dimana Rikona dirawat, dengan bergandengan tangan dan mata Hanabi yang sedikit bengkak akibat menangis. Deg Deg Deg, jantung ku berdebar kencang. Ketakutan mulai menyelubungiku.  Tubuhku mulai bergetar dan terasa dingin. Ku eratkat genggamanku pada kekasihku, begitu pula sebaliknya.
    
“Ehh... kalian berdua? Bagimana? Sudah puas?” Tanya seorang gadis berambut hitam yang sedang duduk diranjang rawat dan membuat jantungku semakin berdebar kencang.
    
“Hei... ada apa denganmu Hanabi? Kenapa matamu bengkak seperti itu?” Tambahnya dan membuat kami saling bertatapan cepas lewat ujung mata.
   
“Kok diemm... Kenapa denganmu Hanabi? Pasti ini semua karnamu kan Shigetsu-kun? Kau apakan dia?” tanyanya lagi, namun kali ini dengan tatapan nakal alanya.
  
  “Tadi... tadi..” Jawabku bingung
    
“Tadi ada katak... Lalu Shigetsu-kun sengaja menggiringnya kearahku, spontan saja aku berteriak dan menangis. Kau kan tau, aku paling jiji dan phobia dengan katak” Huuhhh... untung saja ai cepat mencari alasan yang logis, ya walaupun dia melimpahkan kesalahan seakan-akan ada padaku sepenuhnya.
     
“Huahahaha..... Kau ini Hanabi.. Ihhh Shgetsu-kunn.... Kau ini... Kenapa kau melakukannya?” Syukurlah Rikona percaya dengan alasan Hanabi.
    
“Hmm... bagaimana yaa... Sebenarnya aku berniat untuk membuatnya datang memelukku ataupun meminta aku menggendongnya. Namun aku salah, aku malah membuat sepatu ketsnya yang sukses mendarat di mukaku”
    
“Hemm... hemm... Wuahahaha...... Makanya jangan pernah menjailinya. Masih beruntung hanya sepatu sneakers yag menghampirimu, bukan sebuah pukulan atau tendangan mematikan darinya..... Wahahaha” sejenak aku senang melihatnya tertawa terpingkal-pingkal seperti itu. Namun, deg! Tiba-tiba aku teringat pada penderitaanya, pada penyakit mematikan yang ia idap.
   
 Ku ingin. Ku ingin kami membicarakan  padanya tentang penyakitnya itu. Tidak! Aku tak mau! Aku takut, takut menghancurkan dan menghilangkan sebuah senyuman manis nan berharga dari sahabat karibku itu dan menggantikannya dengan butiran-butiran air mata. Ku tak ingin merenggut kebahagiannya disaat-saat terakhir baginya. Jika itu terjadi, bukan hanya kebahagiannya yang kurampas, namun kebahagiannya dari seorang yang kucintai pun akan menghilang dari wajah cantiknya. Namun.... akan sampai kapan aku akan terus diam, jika dia mengetahuinya sendiri, pasti akan lebih menyakitkan.
    
Mentari mulai menunjukan sinarnya dari ufuk timur, menandakan awal sebuah lembaran baru kehidupan bagi setiap insan. Bagiku, mungkin lembaran baru ini akan menjadi yang terburuk dari yang terburuk sepanjang hidupku. Bagaimana tidak? Hari ini, akan kutepati janjiku dan Hanabi. Janji ter buruk kami. Janji terkejam kami, padanya. Pada sahabat kami, Rikona
    
*Koridor Sekolah*
        “Ohayo Hanabi-chan... Ohayo Shigetsu-kun..” suara nyaring namun lembut yang tak asing ditelinga itu membuat kami menhentikan langkah kami dan mengengok kebelakang.
   
 DEG! Ternyata dugaanku benar. Pemilik suara itu tak lain dan tak bukan adalah Rikona Hime. Sejenak kami saling bertatap mata. Mengisyaratkan sesuatu hal yang menyedihkan akan terjadi. “Ohayo... Rikona-chan” jawab kami kompak.
     
“Rikona... kenapa kamu sudah brangkat sekolah, kondisimu masih belum pulih benar” Lanjut Hanabi membuka pembicaraan.
“Aku sudah pulih! Jika aku terus beristirahat di rumah aku akan merasa kesepian, dan akan terus merasakan sakitnya. Jika aku berada di sini, aku akan bertemu dengan banyak teman, yang akan membuatku lupa akan keadaanku, dan itu membuatku terasa sehat” Jelas gadis bermata coklat itu semangat diselingi dengan senyum khasnya. Terlihat  secercak kegelisahan dimata Hanabi karna ucapan sahabat kami itu. Jujur saja aku pun merasakan hal yang sama dengannya.
    
“Hmmm.... iya.. iya.. sudah lah, terserah kau saja. Jika itu yang terbaik untukmu, lakukanlah” jawab Hanabi.
    
“Errr- Rikona-chan, Hanabi-chan... Apakah nanti pada jam istirahat pertama kalian mau ke taman belakang sekolah untuk menemuiku?” Tanyaku hati-hati
   
 “Pastiinya my lovely... Aku akan datang menemuimu, emm maksudnya kita... hehehe... bukan begitu Rikona?” Hatiku lega mendengar jawaban Hanabi yang mengerti apa maksud dan arah pembicaraanku.
    
“Emm... Err... Tapi... Tapi.. buku..” Jawab Rikona ragu, dan membutku menjadi tambah khawatir
    
“Halaaahh... Ngga ada tapi-tapian, urusan buku biar aku yang tangani” Belum sempat Rikona menyelesaikan kalimatnnya, Hanabi sudah memotongnya, alhasil Rikona hanya menggangguk pasrah.
    
“My lovely... Aku dan Rikona ke kelas dulu ya... Jya~...” Pamit Hanabi padaku dan diselingi oleh lambian tangan Rikona yang ditarik oleh Hanabi.
     ---Shigetsu Pov End---

----------Special Pov End----------

Author Section :
Hello Readers.... ketemu lagi sama Hikari, Arigatou Gozaimasu yang udah baca cerpenku ini ;) And Don’t forget to give me review. Because it very usefull for me. 
Daisuki minna.. :D
Salam manis dingin

*Hikari Noyuki*

Sabtu, 24 Desember 2016

CERPEN REMAJA --- I Wish for You (Chapter 2)



  “Baiklah jika itu maumu. Toh aku juga akan segera mendapatkan penggantimu. Contohnya saja Hotaru anak kelas 1B. Arigato untuk 1 tahunnya.” Balasku singkat
.
.
    

---Rikona Pov ON--- 
    
     Hikss....Hikss... Aku mengurung diriku sedari pulang sekolah. Aku tak ingin menemui siapapun, termasuk Oba-san ataupun sahabat-sahabatku. Aku ingin sendiri.

     Saat ini aku seperti terjatuh dan masuk kedalam jurang, jurang yang gelap dan tak berdasar. Tanpa ada seorang pun tuk dapat menolongku. Kenangan indah bersamanya kini berubah menjadi goresan-goresan luka yang mendalam. Rasa nyeri di relunng hatiku, perih, marah, sakit, tercampur jadi satu dan kutumpahkan dalam suatu goresan tinta dibuku diaryku pemberian dari Gyozuka saat aku berulangtahun ke 16 tahun.

     Berita putusnya diriku dengan Gyozuka pun menyebar dengan cepat di kalangan siswa, begitu pula dengan berita berawalnya hubungannya dengan Hotaru, teman seangkatanku.

     “Rikonnaa..... Hoyy.. Rikonaaa.... Hoyyy...!!! Choo-chooto...“ panggil seorang gadis bersurai aqua marine.

     “Dipanggil dari tadi... ngga nengok-nengok...”tambahnya sambil 
mengerucutkan bibir tipisnya.
 
      “Gomen-ne... Aku tidak dengar” Jawabku lirih

     “Ri-Ko-Na.... kau kenapa? Kenapa wajahmu pucat dan matamu bengkak begitu? Apakah kau habis menangis semalaman?” Tanyanya khawatir

     “Tidak! Aku tak apa! Aku baik-baik saja. Aku hanya kurang tidur” Elakku yakin dengan menampilkan senyum terbaikku, walaupun hati ini menjerit perih

     “Tidak! Kau sedang tidak baik-baik saja! Ayo katakan padaku! Apa kau sedang bertengakar dengan Gyozuka? Ehh... Apa ini? Kenapa pipimu bisa bengkak begini Rikona?!! Ayo katakan apa dia yang membuatmu seperti ini?”

     “............”

     “RIKONA HIME!!!! JAWAB AKU!!!!”

     Aku hanya terdiam. Mendunduk dalam tanpa sepatah kata. Merasakan betapa sakit hati yang makin menjalar ini. Rahangku mengeras. Hanya mampu meneteskan air mata. Hanya mampu menjerit dalam hati, merasakan nyeri yang semakin menjadi.

     “Jadi benar... Kalian sedang bertengkar? Dan dia juga yang membuatmu seperti ini?!!” Aku hanya terdiam, mendengarkan semua pertanyaan Hanabi.

     “Dasar br*****k! Beraninya dia membuatmu seperti ini! Apa dia tak ingat janjinya dulu? Hah?!” Emosinya memuncak dan diselingi dengan memukul pilar koridor sekolah.

   “Sekarang katakan apa saja yang dia lakukan dan katakan kepadamu! Katakan dengan jujur!” Sambungnya makin memojokanku.

    “Dia... Dia... menamparku... dan berkata bila aku egois dan kekanak-kanakan, saat aku mengajaknya ke book store kemarin....” Jawabku dalam tangis

    “Karna saat itu aku bertanya kenapa sejak dia bergabung dengan geng sekolah dia menjadi sangat sering menolak ajakanku, meskipun itu sangat penting sekalipun. Dan saat itu dia mulai emosi, lalu berbuat kasar padaku. Hingga akhirnya... kami putus atas keinginanku sendiri. Dan dia hanya berkata “tak apa. Sebebtar lagi aku juga akan menemukan gadis lain, contohnya Hotaru anak kelas 1B” Lanjutku dengan bahasa yang tak karuan

     “Dia.. memperlakuakan mu seperti itu? Apa itu yang namanya laki-laki?! Persetan! Awas kau. Hime kau tenang saja, ayo sekarang ikut aku! Akan kuhabisi sekarang!!”

     “Jangan Hanabi... Jangan.. Aku tak rela melihatnya tersakiti. Biarkan... Biarkan aku saja yang terluka. Aku tau kau jauh lebih hebat darinya untuk hal beladiri karna kau seniornya. Tapi kau harus ingat, aku masih mencintainya. Kumohon jangan...” Pintaku dengan suara yang serak sambil memengang tangannya erat.

      “Tidak! Kali ini aku tak dapat menuruti permintaanmu." Jawabnya dengan menarik keras tanganku
   
        "Jangan! kumohon jangan... Ji-jika, jika kau masih ingin melakukannya, silahkan!! Tapi kau akan melihatku lebih menderita dari ini!! " Jawabku sambil menahan tubuh sekuat mungkin sambil tetap menangis dan menaikan nada sattu oktaf lebih tinggi.

       "Baka!!! Kau ini.... sudah disakiti masih saja membelanya! Memangnya didunia ini hanya ada satu laki-laki hah?! Dunia ini luas... Masih banyak laki-laki yang lebih baik dari dirinya! Hey! Kau ini gadis yang sempurna, kau cantik, berasal dari keluarga terpandang, cerdas, berwawasan luas, jadi buat apa kau mempertahankannnya. Dan seharusnya pula pikiranmu tak sesempit itu. Baka!!”

     “Baka?! Memang iya.. Walaupun ada banyak laki-laki didunia ini, namun dihatiku hanya ada satu. Only one in my heart you know! He is Gyozuka Ririshi. Hanya dia yang bisa mengisi hatiku. Tanpanya aku tak akan bisa menjadi seorang Rikona Hime seperti saat ini. Tanpanya, kau belum tentu dapat melihatku sampai detik ini.”

     “Terserah kau saja! Baiklah jika itu maumu dan dapat membuattmu 'bahagia' ku tak memaksanya. Namun, ingat ini aku bisa menghajarnya kapan saja bila kumau. Dan tak ada satu pun yang dapat menghalangiku. Termasuk kau, Shigetsu ataupun kepala sekolah sendiri! Dan Rikona, aku kan selalu ada saat kau membutuhkanku.”

   “Arigato... Arigato... You are my best friend”

   “Dou itashimashite”

---Rikona Pov End---

***

---Gyozuka Pov ON---

    Aku menyesal, tentang apa yang telah aku lakukan kepada Rikona hari itu. Harusnya aku dapat memahaminya. Tentang tugas-tugas sekolahnya. Kenapa hari  itu aku malah menyebut nama gadis lain yang jelas-jelas tidak lebih baik darinya? Kenapa aku mengiyakan begitu saja tentang pernyataannya untuk menyudahi untaian tali cinta antara kita? Kenapa aku tidak mengejarnya saat dia berlari seraya meneteskan air mata? Kenapa saat itu aku begitu terbutakan oleh kepentingan ku dan geng? Naze ka? Ohh Kamii-sama...

     “Hotaru... mulai saat ini, detik ini kita sudahi saja ikatan hubungan antara kita.” Tegasku tiba-tiba pada seorang adik kelasku, lebih tepatnya pacarku saat ini, sontak membuat dia memicingkan mata.

     “Nani yo??? Pu..putus? Apa-apaan kau ini, kenapa- tiba ?? Jangan-jangan ini karna mantan pacarmu itukan? Ini karna Hime-san kan?? Pasti dia sudah menghasutmu untuk putus denganku dan kembali rujuk dengannya?!” tanyanya serius

    “Diam kau! Ini semua karna kau terlalu posesif menjadi seorang gadis. Jujur aku risih dan tak nyaman. Asal kau tau saja, sejak aku berpacaran denganmu aku tak lagi berkomunikasi dengan Rikona lagi, dan itu membuatku tersiksa. Dan satu lagi memang benar salah satu alasanku menyudahi hubungan kita adalah karnanya. Aku tak dapat lagi untuk membohongi perasaanku ini, walaupun aku berpacaran denganmu tapi hati, cinta dan rasa sayangku adalah milik Rikona seorang. Camkan itu!!! Don’t forget it!!” Jelasku datar, namun penuh tekanan pada setiap katanya dan diselingi dengan seringai tipis.

     “Jadii... jadi benar.. Ri---“

  “Iya! Memang iya! Dan awas saja kalau kau sampai melampiaskan rasa kecewamu kepada Rikona. Kau akan berurusan denganku!!” Ucapku santai dengan nada memojokan. Dan kemudian disusul dengan suara isak tangis gadis bersurai merah itu.

     Aku benar-benar frustasi. Walaupun satu masalahku sudah selesai, hatiku tetap tak tenang. Seperti ada yang mengganjal. Aku masih terbayang oleh wajahnya, senyumnya, suaranya, perhatiannya, pokoknya segalanya tentang dirinya. ‘Ohh Kamii-sama aku ingin bertemu dengannya dan menyatakan kembali perasaanku untuk kedua kalinya’ teriakku dalam hati.

     Fajar telah tiba. Sang rembulan pun tergantikan oleh sang mentari yang sepertinya malu-malu untuk menampakan sinarnya. ‘Hmmm...Sepertinya dirimu tak sepercaya diriku saat ini’ Simpulku dalam hati sembari menatap ke arah timur disusul dengan senyum simpulku.

     Hari ini aku bertekat untuk mengutarakan perasaanku kepada seorang gadis bersurai perak tuk kedua kalinya. Hatiku tak tahan lagi untuk menahan perasaan rindu yang mendalam ini. Walau aku tau konsekuensinya untuk yang satu ini. Bila dia menolakku aku akan menerima itu tulus karna aku ingat perlakuan kasarku saat itu. Bilamana dia tak memiliki rasa itu lagi biarlah aku yang memberi rasa itu padanya.

     Tok Tok Tok, semua siswa dikelas mengalihkan perhatiannya pada aku, Shigatsu , dan Sora. Aku hanya menelan ludah saat aku melihat gadis bermata hitam itu bak berlian.

     “Ohayou minna-sann...”teriak Ryu mencairkan suasana.

     “Ohayou..“balas mereka hampir serentak

   “Ehh Shigatsu-kun... Ohayo my lovely.. Lah Shigatsu kenapa kamu membawa makhluk ini kemari? Hm?”

     “Heh.. Gyozuka, kamu mau ngapain disini?! Kamu mau bikin luka lagi buat Rikona? Hah?!” Semprot Hanabi yang mendadak naik pitam saat melihatku.

     “Hanabi-chan.. Jangan seperti itu... Ada sesuatu yang ingin dia katakan pada Rikona” Sigatsu terlihat menenangkan

     “Ohh...! Terus dari mana aja kamu selama ini hah?? Udah bosen pacarannya? Udah bosen sama kelas sebelah? Ngga betah? Sekarang butuh? Iya? Emang kamu pikir Rikona itu apa? Tisu? Yang bisa kamu pake, trus kalo udah ngga kamu butuhin kamu campakin gitu aja? Udah bosen sama geng baru mu itu? Atau udah dikeluarin? Tau diri dong!” Seru gadis itu to the point membuatku pesimis akan niatku.

     “Ada apa ini? Kenapa kau marah-marah Hanabi..??”Seseorang dengan suara lembut tiba-tiba menghampiri Hanabi.

     “Tuh.. liat makhluk apa yang dateng! Eh.. mending kita keluar aja yuk cari udara segar. Pengap disini!” Ajak Hanabi pada gadis itu yang tak lain adalah Rikona Hime.

    “Gyozuka-senpai....???? Mau apa kau kesini?” Terdengar suara itu namun dengan nada yang penuh tekanan.

   “Go-gomen-ne Rikona-chan... Sebenarnya tujuanku kemari adalah untuk menemuimu. Err.. Ri-Rikona-chan, aku ingin mengutarakan perasaanku padamu untuk kedua kalinya. Aku ingin kita rujuk. Aku ingin kita kembali seperti yang dulu. Jawablah permintaanku sekarang. Kumohon, aku tak memaksamu.” Pintaku dengan nada yang halus dan serius. Namun, perkataanku malah membuatnya mengalirkan air mata tuk sekian kalinya.

     “Hmm.. Aku sudah tau jawabnnya. Baiklah aku akan pergi dari hidupmu tapi asal kau tau nona Hime,  perasaan ini tak akan pernah pergi dari hidupku.” Sambungku, kemudian kubalikan badan dan mulai melangkah meninggalkan meninggalkannya yang sedang tertunduk.

     “Jangan. Jangan pernah kau pergi dari hidupku. Jika itu yang kau inginkan, baiklah aku mau menerimanya. Tetaplah ada untukku, untuk hidupku. Asalkan kau mau berjanji, kau tak akan berbuat kasar terhadapku lagi” Tiba-tiba langkahku terhenti karna  seseorang memelukku dari belakang. Aku membalikkan badanku, mataku terbelalak tak percaya dan betapa bahagianya diriku karna seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah Rikona.

       “Benarkah itu?” tanyaku yang hanya dibalas anggukann mantap darinya.

      “Arigato.. Arigato.. You are allways in my heart, and I hope I have a please in you heart too ” ucapku sembari membalas pelukannya.

      “Kumohon, berjanjilah tuk berubah”

     Ku usapkan ibu jariku mengkapus air matanya. Sampai jari jemariku tiba di sudut bibir tipisnya itu, dan kemudian.... ‘Hmmm’ kuhapus jarak antara kita. “Arigato... and as you wish” ucapku setelah melepaskannya. 

---Gyozuka Pov End---

***

---Rikona Pov ON---

     Dua tahun berlalu, hubungan kami bagaikan kabel listrik. Ya begitulah kiranya sebutan yang sangat cocok dengan kami. Karena  dipastikan hubungan kami putus nyambung, hanya karna masalah sepele. Entah karna perilaku kasar Taka atau sedikit keegoisanku sebagai perempuan.

      PLAK!! Sebuah tamparan lagi-lagi mendarat dengan mulusnya dipipiku. “Baka! Persetan kau! Sudah kubilang berapa kali hah?! Jangan pernah dekat-dekat dengannya laki-laki lain tanpa sepengetahuanku?! Apa begitu caramu menunjukan perasaanmu padaku?! Hah?!” Mataku mulai terasa panas, rahang pun mengeras.

     “Tapi... Kau bilang akan menjemputku hari ini, Aku menunggumu sejak 3 jam yang lalu, 3 jam! Ku pikir kau sedang sibuk dengan tugas kuliahmu, namun kenyataanya aku mendapatimu sedang bertemu dengan  mantanmu, Hotaru, di Natsu cafe, dan kemarin kau juga mengajak Hanabi untuk main bersama denganmu tanpa memikirkan perasaan orang lain! Ja-jadi apa.. apa salahnya bila aku pulang diantar oleh Shigatsu hah?! Apakah ini yang dinamakan cinta?! Apakah ini yang dinamakan sayang? Beginikah caramu mencintaiku? Dengan mengedepankan rasa cemburumu itu dibandingkan kesehatanku? Hah?! Jawab aku..!!!” gertak secara spontan

    “Kenapa? Kenapa hanya diam? Memangnya aku tidak tau kenyatan?! Hiks..” Timpalku dengan nada serak

    “Hmm... Begini saja, mulai sekarang status antara kita bukan lah lagi sebagai kita, namun sebagai aku dan kamu.” Kucoba untuk mencerna perkataan pemuda di depanku ini. 
     "Mak-maksudmu... maksudmu kita.. p-pu-" Tanyaku mencoba meyakinkan.

    " Iya.. Kita PU-TUS." Jleb! Seperti tertusuk oleh ribuan pisau secara bertubi-tubi.

    “B-baiklah... Jika itu yang kau minta, akan kuturuti semuanya” Sambungku, dengan mata sembab dan nada yang mantap tanpa mempedulikan rasa sakit dihatiku.

---Rikona Pov End---

----------FLASHBACK OFF----------




Author Section :
Hello Readers.... ketemu lagi sama Hikari, Arigatou Gozaimasu yang udah baca cerpenku ini ;) And Don’t forget to give me review. Because it very usefull for me. 
Daisuki minna.. XD
   Salam manis dingin
*Hikari Noyuki*