Minggu, 12 Februari 2017

CERPEN REMAJA --- I Wish for You (Chapter 3)


“B-baiklah... Jika itu yang kau minta, akan kuturuti semuanya” Sambungku, dengan mata sembab dan nada yang mantap tanpa mempedulikan rasa sakit dihatiku.

.
.
.


Aku hanya menangis dan menangis sejadi-jadinya di depan sahabat-sahabatku, terasa sesak didada. Perih? Tentu saja!
    
“Gomen-ne Rikona-chan, seharusnya kemarin aku meminta izin kepada Gyozuka terlebih dahulu” Ucap Shigetsu dengan nada menyesal
    
“Tak apa, jangan salahkan dirimu sendiri. Toh aku yang salah kenapa aku jatuh hati pada manusia macam dia!”
       
      “Rikona... Gomen-ne.. Seharusnya kemarin aku juga ada bersamamu, dan Gomen-ne untuk ajakan Taka padaku untuk pergi bersama. Seharusnya..—“
   
“Sudah tak apa.. Itu bukan salah kalian.. Aku tak tau siapa yang salah dan siapa yang disalahkan atas masalahku ini”
    
“Akhh.....!!” Ucapku sambil memegangi kepalaku sebelah kanan
    
“Kau kenapa?!” Tanya kedua sahabatku itu serempak dengan nada khawatir.
    
“Sa..sakit... Pusing...”Jawabku
   
“Oh Kamii-sama! Wa-wajahmu sangat pucat.. dan hidungmu.. Kau mimisan” Ucap Hanabi.
    
“Hanabi-chan, ayo bawa dia ke rumah sakit, aku mulai mengkhawatirkan kondisinya” Ajak Shigetsu
    
“I-iya ayo cepat” Ucap Hanabi dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Secepatnya mereka membantuku berjalan menuju mobil, namun baru beberapa langkah kami berjalan, tiba-tiba pandanganku mulai kabur, kemudian bruk... Sunyi.
    
Aku tersadar. Rasanya sudah lama sekali aku tertidur. Aku tak tau tempat apa ini, dimana aku, namun yang kutau ini adalah ruang asing bagiku, namun aku mengenal bau semacam ini. Dan seseorang mengagetkanku “Hei sudah sadar? Tanya seorang gadis dengan mata aqua marine. “Bagaimana perasaanmu?” lanjutnya.
   
“Em ya sudah lebih baik. Di-di mana aku??” Jawabku dilanjutkan dengan menanyakan keberadaanku.
    
“Kau ada dirumah sakit sekarang, kau tadi tiba-tiba pingsan saat kami memapahmu menuju mobil” jelasnya
   
“Oh... Begitu.. Emm Arigato Hanabi.. Dimana Shigetsu-kun? Tanyaku
   
“Hmmm.. Tadi dia bilang sedang menemui dokter yang memeriksamu, nanti akan ku tanyakan hasilnya” Jelasnya
   
“Hmmm.... Un sau yo!”
   
“Hanabi... Apa Gyozuka-kun datang?” tanyaku hati-hati
  
 “Eitsss..... Sudah jangan tanyakan cowo br**gs*k itu!” Ucapnya
***
---------Special Pov On----------

---Hanabi Pov---
Tok tok tok. “Siapa? Masuk saja” ucapku
    
“Ehh... Shigetsu-kun, bagaimana keadaanya?”Lanjutku menanyakan keadaan kekasihku
    
“Hanabi.. aku ingin berbicara empat mata denganmu. Ayo ikut aku” aku memicingkan mataku mendengar ajakannya dengan memasang muka jail.
    
“Heyy... kenapa tiba-tiba kau seperti ini. Kenapa tidak berbicara disini” Tanyaku heran
“Ahh tidak mau, aku mau hanya kita berdua. Aku malu bila ada orang lain. Ayolah...” Rengeknya dengan memasang tampang layaknya anak kecil yang meminta mainan namun tatapan matanya seperti mengisyaratkan sesuatu.

“Em .. iya... iya sayangku...” Jawabku dengan nada manja diselingi anggukkan. “Rikona kami keluar sebentar ya, jaga dirimu baik-baik”
    
“Iya iya... Aku paham kok yang mau berduaan! Awas jangan melakukan hal yang aneh-aneh loh!” Jawabnya dengan mengerucutkan bibir serta nada bicara yang terkesan nakal.
    
Kami berjalan menyusuri lorong rumah sakit yang sepi sembari bergandengan tangan. Suasana hening nan mencekam makin terasa saat kami sampai duduk disuatu bangku di taman dengan kehadiran  angin semilir yang berhembus. Shigetsu, seseorang yang kukira akan mengajakku kencan atau semacamnya, malah terus saja diam tanpa sepatah katapun. Entah hanya perasaanku atau apapun itu, aku merasakan seperti sedang menompang beban batin yang sangat berat.
    
“Emm... Shigetsu-kun... Apa.. apa ada yang akan kau katakan? Sampai kau mengajakku kemari?”
    
“.......”
    
“Kenapa diam saja? Jika ada yang mengganjal di hatimu katakan saja, jangan ragu”
    
“Gomen-ne... Se.. sebenarnya.. Ada yang ingin ku katakan tentang Rikona! Tentang keadaannya saat ini”
    
“Rikona?! Sebenarnya apa yang terjadi dengannya? Rikona kenapa?”
    
“Se-se..benarnya... Tadi dokter mengatakan usia Rikona tidak lama lagi, usianya kurang dari 1 tahun. Dia mengidap tumor ganas di otak belakangnya. Cara satu-satunya untuk membantunya adalah dengan operasi, namun itu hanya membantu 30%, lalu tingkat keberhasilannya juga sangat kecil dan yang paling parah kemungkinan 90% INGATAN atau memori yang ada diotaknya pun akan HILANG.”
    
Tes tes tes.... Hiks... Hiks... Air mata mulai mengalir dari aqua marine eyes ku. “Tidak...!! tidak mungkin..!! ini tidak mungkin!!” teriakku. Yang kemudian secepat kilat Genseki memelukku erat, mencoba menenangkanku yang terus menangis histeris.
    
“Sudah... sudahlah.. Mungkin ini takdir terbaik untuknya yang diberikan oleh Tuhan” Ucap Shigetsu menenangkankku yang sedari tadi menangis di pelukkannya
    
“Terbaik apanya? Ini sangatlah buruk Shigetsu-senpai? Kenapa? Kenapa Tuhan begitu tak adil padanya? Kenapa...???” Tanyaku sesenggukan sambil mencengkram baju seragamnya
    
“Pertama... Tuhan memanggil Kaa-san dan Nii-san dari kehidupannya, kemudian hubungan percintaanya dengan Gyozuka-kun bak kabel listrik, lalu sekarang dia berikan sebuah penyakit pada hidupnya. Keadilan macam apa ini Shigetsu-ku??!! Hiks...” Lanjutku
    
“Tidak Hanabi... Tuhan itu selalu adil, mungkin kita saja yang tak mampu melihat keadilannya itu... Dia tau apa yang terbaik bagi makhluk-Nya...” Ucapnya serak
“Yang sekarang kita pikirkan, bagaimana cara kita memberi tau Rikona tentang keadaannya. Aku tak ingin membuatnya sedih, namun kita juga tak bisa terus berbohong dan menyembunyikan fakta darinya. Karna cepat atau lambat dia aka tau semunya.” DEG! Hiksss.... ‘Benar katanya, bagamanapun kami tak bisa terus berbohong pada Rikona... Oh kami-sama..’
    
“Sebaiknya kita membicarakan besok lusa sepulang sekolah” tiba-tiba kalimat itu muncul begitu saja dalam otakku.
    
“Ta..tapii.. Bukankah itu terlalu cepat untuknya?”
    
“Tidak, lebih cepat lebih baik untuknya”

Diam dan hening. Mungkin dua kata itu yang dapat menggambarkan keadaan kami saat ini. Kami sama-sama terdiam, tenggelam dalam pikiran dan angan-angan masing-masing. ‘Baka! Diriku memang bodoh! Menjaga sahabat kecilkupun aku tak bisa! Ba-san... Oji-san.. Gomen! Gomen! Aku tak dapat menjaga Rikona dengan baik! Gomen...’ Kurutuki diriku sendiri terus-menerus. Dan hanya kata-kata itu yang terngiang dalam pikiranku saat ini.
---Hanabi Pov End---
   
 ---Shigetsu Pov On---
Kami kembali ke ruang dimana Rikona dirawat, dengan bergandengan tangan dan mata Hanabi yang sedikit bengkak akibat menangis. Deg Deg Deg, jantung ku berdebar kencang. Ketakutan mulai menyelubungiku.  Tubuhku mulai bergetar dan terasa dingin. Ku eratkat genggamanku pada kekasihku, begitu pula sebaliknya.
    
“Ehh... kalian berdua? Bagimana? Sudah puas?” Tanya seorang gadis berambut hitam yang sedang duduk diranjang rawat dan membuat jantungku semakin berdebar kencang.
    
“Hei... ada apa denganmu Hanabi? Kenapa matamu bengkak seperti itu?” Tambahnya dan membuat kami saling bertatapan cepas lewat ujung mata.
   
“Kok diemm... Kenapa denganmu Hanabi? Pasti ini semua karnamu kan Shigetsu-kun? Kau apakan dia?” tanyanya lagi, namun kali ini dengan tatapan nakal alanya.
  
  “Tadi... tadi..” Jawabku bingung
    
“Tadi ada katak... Lalu Shigetsu-kun sengaja menggiringnya kearahku, spontan saja aku berteriak dan menangis. Kau kan tau, aku paling jiji dan phobia dengan katak” Huuhhh... untung saja ai cepat mencari alasan yang logis, ya walaupun dia melimpahkan kesalahan seakan-akan ada padaku sepenuhnya.
     
“Huahahaha..... Kau ini Hanabi.. Ihhh Shgetsu-kunn.... Kau ini... Kenapa kau melakukannya?” Syukurlah Rikona percaya dengan alasan Hanabi.
    
“Hmm... bagaimana yaa... Sebenarnya aku berniat untuk membuatnya datang memelukku ataupun meminta aku menggendongnya. Namun aku salah, aku malah membuat sepatu ketsnya yang sukses mendarat di mukaku”
    
“Hemm... hemm... Wuahahaha...... Makanya jangan pernah menjailinya. Masih beruntung hanya sepatu sneakers yag menghampirimu, bukan sebuah pukulan atau tendangan mematikan darinya..... Wahahaha” sejenak aku senang melihatnya tertawa terpingkal-pingkal seperti itu. Namun, deg! Tiba-tiba aku teringat pada penderitaanya, pada penyakit mematikan yang ia idap.
   
 Ku ingin. Ku ingin kami membicarakan  padanya tentang penyakitnya itu. Tidak! Aku tak mau! Aku takut, takut menghancurkan dan menghilangkan sebuah senyuman manis nan berharga dari sahabat karibku itu dan menggantikannya dengan butiran-butiran air mata. Ku tak ingin merenggut kebahagiannya disaat-saat terakhir baginya. Jika itu terjadi, bukan hanya kebahagiannya yang kurampas, namun kebahagiannya dari seorang yang kucintai pun akan menghilang dari wajah cantiknya. Namun.... akan sampai kapan aku akan terus diam, jika dia mengetahuinya sendiri, pasti akan lebih menyakitkan.
    
Mentari mulai menunjukan sinarnya dari ufuk timur, menandakan awal sebuah lembaran baru kehidupan bagi setiap insan. Bagiku, mungkin lembaran baru ini akan menjadi yang terburuk dari yang terburuk sepanjang hidupku. Bagaimana tidak? Hari ini, akan kutepati janjiku dan Hanabi. Janji ter buruk kami. Janji terkejam kami, padanya. Pada sahabat kami, Rikona
    
*Koridor Sekolah*
        “Ohayo Hanabi-chan... Ohayo Shigetsu-kun..” suara nyaring namun lembut yang tak asing ditelinga itu membuat kami menhentikan langkah kami dan mengengok kebelakang.
   
 DEG! Ternyata dugaanku benar. Pemilik suara itu tak lain dan tak bukan adalah Rikona Hime. Sejenak kami saling bertatap mata. Mengisyaratkan sesuatu hal yang menyedihkan akan terjadi. “Ohayo... Rikona-chan” jawab kami kompak.
     
“Rikona... kenapa kamu sudah brangkat sekolah, kondisimu masih belum pulih benar” Lanjut Hanabi membuka pembicaraan.
“Aku sudah pulih! Jika aku terus beristirahat di rumah aku akan merasa kesepian, dan akan terus merasakan sakitnya. Jika aku berada di sini, aku akan bertemu dengan banyak teman, yang akan membuatku lupa akan keadaanku, dan itu membuatku terasa sehat” Jelas gadis bermata coklat itu semangat diselingi dengan senyum khasnya. Terlihat  secercak kegelisahan dimata Hanabi karna ucapan sahabat kami itu. Jujur saja aku pun merasakan hal yang sama dengannya.
    
“Hmmm.... iya.. iya.. sudah lah, terserah kau saja. Jika itu yang terbaik untukmu, lakukanlah” jawab Hanabi.
    
“Errr- Rikona-chan, Hanabi-chan... Apakah nanti pada jam istirahat pertama kalian mau ke taman belakang sekolah untuk menemuiku?” Tanyaku hati-hati
   
 “Pastiinya my lovely... Aku akan datang menemuimu, emm maksudnya kita... hehehe... bukan begitu Rikona?” Hatiku lega mendengar jawaban Hanabi yang mengerti apa maksud dan arah pembicaraanku.
    
“Emm... Err... Tapi... Tapi.. buku..” Jawab Rikona ragu, dan membutku menjadi tambah khawatir
    
“Halaaahh... Ngga ada tapi-tapian, urusan buku biar aku yang tangani” Belum sempat Rikona menyelesaikan kalimatnnya, Hanabi sudah memotongnya, alhasil Rikona hanya menggangguk pasrah.
    
“My lovely... Aku dan Rikona ke kelas dulu ya... Jya~...” Pamit Hanabi padaku dan diselingi oleh lambian tangan Rikona yang ditarik oleh Hanabi.
     ---Shigetsu Pov End---

----------Special Pov End----------

Author Section :
Hello Readers.... ketemu lagi sama Hikari, Arigatou Gozaimasu yang udah baca cerpenku ini ;) And Don’t forget to give me review. Because it very usefull for me. 
Daisuki minna.. :D
Salam manis dingin

*Hikari Noyuki*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar